Bersama Rakyat NTT Atasi Stunting, Kepala BKKBN RI: Mereka Tidak Akan Kami Lupakan 

oleh -1021 Dilihat

NTT–Celoteh riang dari anak-anak di Desa Kesetnana, Kecamatan Mollo Selatan, Soe, Nusa Tenggara Timur terlihat ramai di sore kemarin.


Mereka begitu gembira karena sebentar lagi desa hunian mereka yang selama ini lengang, akan sontak berubah semarak takkala Presiden Joko Widodo berkunjung ke desa mereka pada hari Kamis (24/03/2022).


Tidak hanya anak-anak, Wlem Kono (36) yang beristrikan Martha Koan (28) dan sudah memiliki empat anak merasa berbunga-bunga karena akan berjumpa dengan Presiden Jokowi. Dengan penghasilannya yang tidak seberapa karena hanya mengandalkan pekerjaannya dari pengemudi ojek, kunjungan Jokowi bisa jadi akan mengubah kehidupannya.


Desa Kesetnana menjadi lokasi kunjungan Presiden Joko Widodo karena termasuk desa yang beresiko stunting. Selain warga kesulitan mendapatkan akses air bersih, faktor ekonomi dan rendahnya pendidikan menjadi potensi keawaman terhadap kesehatan. Hampir sebagian besar warga Desa Kesetnana tidak memiliki jamban yang layak.

Baca juga:  Jeffri Hanni Polii: Presiden Prabowo Subianto adalah Titisan Pahlawan Nasional Dr Sam Ratulangi


Desa Kesetnana menjadi gambaran umum dari 278 desa yang ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang memiliki prevalensi stunting yang tinggi.
Bahkan angka prevalensi stunting di Kabupaten Timor Tengah Selatan menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 mencapai 48,3 persen, paling tinggi di Nusa Tenggara Timur bahkan di Indonesia sekalipun.


Dipilihnya Timor Tengah Selatan pada khususnya dan Nusa Tenggara Timur pada umumnya dalam kunjungan Presiden Joko Widodo kali ini, memperlihatkan “perhatian penuh” untuk penanganan persoalan angka stunting yang tinggi.


Berdasarkan data SSGI 2021, NTT masih memiliki 15 kabupaten berkategori  “merah”. Pengkategorian status merah tersebut berdasarkan prevalensi stunting-nya masih di atas 30 persen.


Ke-15 kabupaten tersebut adalah Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, Manggarai Timur, Kabupaten Kupang, Rote Ndao, Belu, Manggarai Barat, Sumba Barat, Sumba Tengah, Sabu Raijua, Manggarai, Lembata dan Malaka. 

Baca juga:  Laporan Kekayaan Nugroho Dirut Telkomsel Tembus Rp84 Miliar, Berikut Rinciannya!


Bersama Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara juga memiliki prevalensi diatas 46 persen. Sementara sisanya, 7 kabupaten dan kota berstatus “kuning” dengan prevalensi 20-30 persen. Di antaranya Ngada, Sumba Timur, Negekeo, Ende, Sikka, Kota Kupang serta Flores Timur.

Bahkan tiga daerah seperti Ngada, Sumba Timur dan Negekeo mendekati status merah.


Tidak ada satupun daerah di NTT yang berstatus hijau yakni berprevalensi stunting antara 10 hingga 20 persen. Apalagi berstatus biru untuk prevalensi stunting dibawah 10 persen.


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting berdasarkan Perpres Nomor 72/2021, membutuhkan kolaborasi dengan semua pihak. 

Yuk! baca berita menarik lainnya dari SULUT AKTUAL di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.