Memangnya ada apa di tahun tersebut?
Setidaknya pada periode Juli-Agustus 2014 bertepatan dengan jatuhnya bulan Ramadhan dan Syawal, eskalasi besar terjadi antara Israel dan kelompok milisi di Jalur Gaza.
Mulanya, hal itu dipicu oleh hilangnya 3 remaja Israel di wilayah Hebron, Tepi Barat, pada Juni 2014. Aparat keamanan Israel pun meluncurkan operasi menyisir rumah-rumah warga Palestina untuk mencari mereka.
Operasi yang dinamai Brother’s Keeper itu akhirnya memicu tensi lantaran meningkatnya aktivitas militer Israel di Tepi Barat yang berujung pada penangkapan warga Palestina.
“Selama operasi Brother’s Keeper, ratusan tempat digeledah, dan sekitar 400 tersangka ditangkap, 56 di antaranya telah dilepaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan Gilad Shalit,” tulis Israel Defense Forces (IDF) di situs resminya.
Sejumlah insiden penembakan yang menewaskan warga Palestina pun terjadi. Demonstrasi bermunculan memprotes operasi militer Israel itu, sebagian di antaranya rusuh. Hamas pun berang lantaran dituding sebagai dalang kejadian hilangnya 3 remaja Israel itu.
Ketegangan itu membuat Hamas disebut meluncurkan sekitar 250 roket ke wilayah Israel dalam 3 pekan di tengah operasi Brother’s Keeper. Israel membalasnya dengan menggelar Operation Protective Edge pada 8 Juli 2014.
Pada saat itu Israel melancarkan serangan darat dan udara untuk menghancurkan 32 terowongan yang dibangun Hamas. Setelah sekitar 50 hari operasi, gencatan senjata berlangsung. Pertempuran di Gaza tahun 2014 itu menjadi yang terbesar setidaknya dalam 1 dekade ke belakang.
Selain di 2014, korban tewas terbanyak selanjutnya di pihak Palestina tercatat pada 2009 (1.059) dan 2008 (877). Pada rentang kedua tahun itu, UN OCHA juga mengkategorikan terjadi pertempuran besar antara Israel dan Palestina.
