BITUNG – Polemik terus menghantam pembangunan RS Pratama Bitung. Pasalnya proyek yang dibanderol senilai Rp 24,6 miliar tersebut saat ini mangkrak.
Bahkan dalam pantauan, meski telah melewati masa kontrak pada 26 Desember, pembangunan RS Pratama Bitung yang dikerjakan PT. Karunia Jaya Sejati tersebut tak kunjung selesai.
Seperti yang terpantau pada Senin (27/12/2021), pembangunan RS Pratama Bitung, masih jauh dari kata selesai, sebab perlu kerja ekstra untuk melakukan finishing
Selain itu ketersediaan akses masuk rumah sakit juga menjadi PR yang wajib diselesaikan, karena hingga saat ini masih meminjam akses jalan milik salah satu perusahaan pelayaran.
Menanggapi hal tersebut, salah satu aktivis muda Bitung, Rahmat Arif Suma menyoroti berbagai polemik yang muncul dalam pembangunan RS Pratama Bitung.
“Karena dengan munculnya berbagai permasalahan ini, menunjukan pembangunan Rumah Sakit Pratama Bitung tidak melalui perencanaan yang matang, baik dari pengadaan lahan hingga perencanaan pembangunan,” jelasnya
Karena lanjut dia, jika pembangunan telah melalui perencanaan yang matang, tak mungkin realisasinya akan terlambat seperti ini, bahkan terancam tak selesai.
Pada kesempatan itu Suma pun mendesak PPK Proyek untuk bertindak tegas sesuai dengan aturan yang berlaku.
“Dimana PPK wajib memberika teguran terhadap kontraktor, diikuti dengan berbagai mekanisme dan jika tak disanggupi maka PPK jelas wajib menghitung ganti rugi seperseribu dari total pekerjaan yang belum diselesaikan,” tegas dia.
Dikesempatan yang sama Arif juga mendesak APIP dalam hal ini inspektorat untuk turun melakukan review.
“Karena peran Inspektorat selaku APIP sangat besar disini mengingat proyek tersebut menghamburkan puluhan miliar uang rakyat,” tandasnya.
Sementara dr Windra Harlianto, Kepala Bidang Pelayanan dan Sumber Daya Kesehatan sekaligus PPK Proyek Pembangunan Rumah Sakit Pratama saat dikonfirmasi Senin (27/12/2021) enggan berkomentar lebih.
Meski telah diketahui pengerjaan gedung rumah sakit telah melewati batas waktu pekerjaan, Windra lebih memilih bungkam.
“Nanti saya coba periksa isi kontraknya,” singkat Windra melalui pesan whatsapp. (DRP)
