Sejak tahun 2000, bencana terkait banjir telah meningkat sebesar 134 persen dibandingkan dengan dua dekade sebelumnya.
“Kami memiliki tujuh persen lebih kelembaban di atmosfer karena pemanasan saat ini dan itu juga berkontribusi terhadap banjir,” kata Taalas.
Sebagian besar kematian terkait banjir dan kerugian ekonomi pun tercatat di Asia. Sistem peringatan banjir sungai pun menurut WMO perlu dilakukan penguatan.
Pada saat yang sama, telah terjadi peningkatan sekitar 30 persen dalam hal jumlah dan durasi kejadian kekeringan sejak tahun 2000. Afrika menjadi benua paling parah terkena dampaknya.
Taalas pun mendesak negara-negara di COP26 untuk segera mengambil tindakan. Sebab sebagian besar pemimpin dunia berbicara tentang perubahan iklim beserta risikonya tetapi tindakan masih kurang.
“Kami tidak bisa menunggu selama beberapa dekade untuk mulai beraksi,” papar Taalas.(DRP)