Ia mengatakan sejak pembangunan tol dimulai hingga saat ini, topografi di Bitung sudah banyak berubah, terutama pada jalur-jalur air.
“Sebab dari kajian sebelum adanya pembangunan tol, ada sembilan jalur air di Bitung. Namun setelah dibangunnya tol, jalur air sudah menjadi 13,” ujarnya.
Sehingga tambahnya, ini yang menyebabkan lucuran air tak terkendali dikalah hujan deras sebab selain sejumlah saluran rusak, pembangunan tol ini juga mengubah jalur air dan melucur tidak dalam saluran hingga berdampak pada daerah yang sebelumnya tak pernah menjadi jalur air dilalui air dan menyebabkan banjir
“Memang solusinya adalah kita harus kembali menata masterplan dan melakukan studi lokasi di tempat yang menjadi jalur-jalur air, kemudian dibangun saluran baru” ujarnya.
Untuk itu, lanjut dia pihaknya harus menunggu jalan tol selesai dibangun baru kembali melakukan penataan masterplan dan pembangunan kembali saluran di jalur-jalur air yang tercipta akibat perubahan topografi dari pembangunan tol.
“Pihak pengerja tol, juga sudah berjanji akan membuat saluran air yang nantinya terintegrasi dengan saluran pembuangan air langsung kelaut di gerbang tol di Terminal Petikemas Bitung,” tandasnya. (DRP)