Resiko Kematian dan Positiv Covid-19 Setelah Vaksin, Begini Penjelasan Ahli

oleh -376 Dilihat
vaksin covid-19

JAKARTA – Menanggapi pernyataan eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengenai jumlah kematian, meskipun sudah divaksinasi, juga resiko orang terpapar virus corona SARS-Cov-2 yang sudah divaksin.

Ahmad Rusdan Utomo, ahli biologi molekuler, mengatakan ada beberapa hal yang harus diluruskan mengenai informasi tersebut, yang seharusnya dalam paparan itu dapat membandingkan tingkat kematian atau kesakitan bagi yang sudah divaksin dan yang belum divaksin.

“Kalau kita hanya fokus pada satu sayap saja yaitu yang sudah divaksin bisa jadi memang ada yang sakit atau yang meninggal, tapi kalau kita mengatakan risikonya sama saja, harusnya yang disampaikan adalah bagaimana mereka yang tidak divaksin atau belum divaksin, berapa tingkat kematiannya,” ungkap Ahmad di akun youtubenya pada (25/6).

Baca juga:  Kasi Intelejen Kejari Tahuna, Dampingi Kajari Dalam Jaksa Menyapa
Foto : ilustrasi vaksin

Ahmad Rusdan menyatakan tidak bisa menyamakan risiko masyarakat yang sudah divaksin atau belum divaksin, sebab dijelaskannya orang yang belum divaksin dan sudah divaksin memiliki risiko yang berbeda. Ia merujuk data dari beberapa negara yang menggunakan vaksin Sinovac, salah satunya Chile dan Brasil.

Berdasarkan data yang dihimpun jelas terlihat bahwa ada pengurangan risiko kesakitan dan kematian dari paparan virus corona, antara komunitas yang divaksin dan belum divaksin.

Walau begitu, Ahmad tidak menampik bahwa tetap akan terjadi penularan virus bagi orang yang sudah divaksin.

“Jumlah kematian atau kesakitan antara yang divaksin dan tidak itu jelas berbeda,” kata Ahmad.

Ahmad juga menambahkan, vaksinasi sudah terbukti mampu mengurangi keparahan dan menurunkan risiko kematian saat terinfeksi. Dan bila ketika ada klaim bahwa divaksin dan tidak divaksin memiliki status yang sama saja, ada baiknya untuk melihat data di berbagai negara yang sudah menggelar vaksinasi massal.

Baca juga:  Peringati Hari Lahir Pancasila, Keluarga Besar PDI Perjuangan Gelar Upacara Bendera

Ahmad menjelaskan bahwa di Indonesia tidak hanya menggunakan satu platform vaksin saja, salah satunya menggunakan AstraZaneca. Data dari beberapa negara juga mempublikasi hasil vaksinasi menggunakan platform tersebut, seperti di Inggris dan Amerika Serikat.

Ia juga melanjutkan bahwa vaksinasi dengan platform AstraZeneca diklaim bisa mengendalikan beberapa mutasi virus corona, salah satunya mutasi B.1.1.7 yang pertamakali ditemukan di Inggris.(***)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari SULUT AKTUAL di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.