Kasus Obesitas Titi, Mungkinkah Disebabkan dari Gorengan dan Air Es

oleh -209 Dilihat
Titin mengaku pola makannya “biasa saja”, walaupun dia sangat suka makan gorengan dan minum air es.

Titi Wati (37) akhirnya menjalani operasi bariatrik untuk menangani berat badannya yang tidak terkontrol. Wanita tersebut berbobot 220 kilogram setelah mengalami kenaikan berat badan setiap bulan sejak usia 31 tahun.

 Ketika diwawancarai oleh media, Titin mengaku pola makannya “biasa saja”, walaupun dia sangat suka makan gorengan dan minum air es.

Pengakuan Titin ini membuat banyak warganet waswas. Pasalnya, banyak orang juga suka makan gorengan dan minum air es seperti Titin.

Mungkinkah seseorang menjadi obesitas hanya karena makan gorengan dan air es? Untuk mencari jawabannya, kami menghubungi Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS, Guru Besar Tetap Ilmu Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Rektor Universitas Sahid.

Prof Hardinsyah berkata bahwa gorengan adalah pangan yang kaya akan kalori. Kalori gorengan ini mayoritas berasal dari minyak, walaupun juga mengandung karbohidrat.

“Dalam bakwan (sayur) saja, 100 gram bakwan yang kurang lebih dua keping kalau besar atau tiga keping kalau kecil itu sudah mengandung 280 kalori. Jadi, kalau makan empat bakwan ukuran besar itu sudah 500 kalori, seperempat kebutuhan hariannya,” ujarnya ketika dihubungi via telepon pada Senin (21/10/2019).

Baca juga:  Direktorat Layanan Operasional Telusur Area Publik, Pastikan Kelancaran Unit Penunjang RSUP Kandou 

Dengan jumlah kalori tersebut, memakan tambahan dua gorengan saja ketika kebutuhan kalori sudah tercukupi dari makanan utama, akan meningkatkan berat badan sebanyak satu kilogram dalam satu tahun bila dilakukan setiap hari.

Mengenai air es yang diminum Titin, Prof Hardinsyah mempertanyakan apakah itu murni air tawar yang dingin atau minuman dingin yang mengandung gula, seperti es teh manis dan soft drink.

Pasalnya, meminum air es justru membuat seseorang membakar energi lebih untuk dapat menyerapnya. Bila satu kalori bisa menaikkan suhu sebanyak satu derajat celcius, tubuh harus membakar 35 kalori untuk menaikkan suhu air dari 0 derajat menjadi 35 derajat celcius.

“Semua itu kan dihangatkan dulu menjadi suhu tubuh. Bukan gelondongan bisa digunakan. Perut kita kan panas. Jadi bohong itu kalau ada orang bilang minyak bisa membeku (kalau bertemu air es) di perut. Tubuh kita kan bukan kulkas,” katanya.

Baca juga:  RSUP Prof Kandou Junjung Tinggi Kemerdekaan Pers yang Beretika

Penawar gorengan

Satu-satunya cara untuk mengurangi efek buruk gorengan pada berat badan adalah dengan melakukan olahraga yang menggerakan otot-otot besar. Setidaknya dua keping gorengan harus ditebus dengan berjalan kaki selama satu jam.

Dijelaskan oleh Prof Hardisnyah, ketika berolahraga, stok energi yang kita punya akan terbuang sebagian karena dipakai untuk bergerak, dan sisanya diubah menjadi otot. Sebaliknya, kelebihan kalori yang tidak dibakar dengan berolahraga akan ditimbun oleh tubuh menjadi lemak

Nah, patut diingat bahwa pertambahan berat badan yang hanya berupa lemak tidak akan menaikkan kebutuhan kalori per hari.

Prof Hardisnyah mengatakan, kalau orang itu berotot atau sederhananya daging, itu sel-selnya aktif dan butuh energi lebih banyak. Kalau bukan otot, tapi lemak ya tidak.

“Jadi, bertambah beratnya orang yang menyebabkan bertambahnya kalori itu kalau yang bertambah otot,” katanya menegaskan.

kompas.com/tirza rompas

Yuk! baca berita menarik lainnya dari SULUT AKTUAL di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.