SITARO – Dahulu kala, para nelayan mencari perlindungan di pantai setelah mencari ikan, dan fenomena ini dikenal sebagai “Mengilaghaeng.” Tempat ini memiliki pemandangan yang indah dan menarik. Terletak di antara dua kelompok masyarakat, yaitu Laghaeng Skeha dan Mangintari dari Bumbahu.
Suatu hari, Skeha dan Mangintari pergi ke laut mencari ikan dengan peralatan penangkapan ikan Namalawa, yang sekarang dikenal sebagai Bui Ikan Tuna.
Ketika matahari sudah terbenam, Mangintari merasa sangat haus. Dia meminta pisau dari Skeha untuk melubangi kelapa muda. Namun, dengan kebingungan, Skeha tanpa sengaja memberikan pisau emas.
Ketika Mangintari sedang melubangi kelapa, ia tidak sengaja menjatuhkan pisau emas ke laut. Skeha yang merasa sangat menyesal berusaha mengambilnya kembali, tanpa melepas topinya.
Sayangnya, Skeha lupa untuk melepas topinya, dan saat ia mencoba menjangkau pisau tersebut, pisau emas itu tertusuk di atas topinya.
Akibatnya, perahu mereka hilang di tengah laut, dan Mangintari melarikan diri dengan perahu tersebut dengan niat jahat, ingin merebut istri Skeha yang cantik.
Skeha terombang-ambing di permukaan laut, namun dengan keajaiban, ia diselamatkan oleh seekor ikan hiu yang membawanya terombang-ambing selama satu minggu di laut.
Setelah itu, Skeha dan ikan hiu tersebut mengelilingi Kepulauan Sangihe dan Talaud. Ikan hiu memberi tahu teman-temannya untuk tidak memakan Skeha, karena dia adalah cucu mereka.
Sejak itu, orang Laghaeng tidak memakan ikan hiu berwarna biru, yang dalam bahasa Siau disebut “TINGIHIANG.” Sampai saat ini, keturunan Skeha yang berada dalam bahaya di laut akan mendapat pertolongan dari ikan hiu. Inilah sejarah singkat dari Kampung Laghaeng.
Secara geografis, Kampung Laghaeng terletak di wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) dan termasuk dalam kluster perkampungan dengan luas wilayah mencapai 1.396.240 kilometer persegi.
Lokasinya sangat strategis, terletak di Kecamatan Siau Barat Selatan (Sibarsel) sekitar 11 kilometer ke arah timur dari pusat pemerintahan Kabupaten Sitaro di Kepulauan Siau.
Secara administratif, Kampung Laghaeng terbagi menjadi tiga lindongan dengan batas-batas berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Kampung Peling Sawang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Makoa
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Batusenggo
- Sebelah Barat berbatasan dengan laut Sulawesi.
Kepala Desa Kampung Laghaeng telah mengalami beberapa pergantian sepanjang sejarahnya. Berikut adalah daftar kepala desa dari Kampung Laghaeng, Kecamatan Sibarsel, Kabupaten Kepulauan Sitaro:
- Petrus Pasandaran (Tahun 1913)
- Laurens Takalamingan (Tahun 1930 – 1950)
- Petrus Patara (Tahun 1950 – 1951)
- Demas Sahambangung (Tahun 1951 – 1960)
- Zet Kaaro (Tahun 1960)
- Arnolus Tatuil (Tahun 1960 – 1966)
- Pithein Sahambangung (Tahun 1966 – 1968)
- Hofni Aling Sahambangung (Tahun 1968 – 1990)
- Florens Kampong (Tahun 1991 – 2002)
- Dra. Del Kasenda (Tahun 2002 – 2007)
- Leideman Serang (2007 – 2019)
- Pj. Hentje V Pangumbalerang, S.Sos (Tahun 2019 – 2021)
- Charles Tamberongan (Tahun 2021 – 2027)
Charles Tamberongan, kepala desa saat ini, membenarkan sejarah singkat Kampung Laghaeng yang tercatat dalam Profil Desa di RKPdes. Ia berharap untuk membuat perubahan positif di Kampung Laghaeng dengan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, terutama dalam hal air bersih dan akses internet. Ia juga berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh warga di Kampung Laghaeng. (ighel)