Jejak Sejarah Kampung Talawid, Dari Tala Awi Hingga Mahuene dan Mateni

oleh -1895 Dilihat
Pj. Kapitalau Kampung Batusenggo IBu Pelma Piter (Tengah)
Pj. Kapitalau Kampung Batusenggo IBu Pelma Piter (Tengah)

SITARO – Kampung Talawid, yang terletak di Wilayah Kecamatan Siau Barat Selatan, memiliki sejarah yang kaya dan unik yang mencerminkan akar budaya dan perjuangan masyarakatnya. Pada zaman dahulu, ceritanya, penduduk Talawid berasal dari Eneraha (sekarang dikenal sebagai Lindongan Empat Kampung Mahuneni). Saat itu, mereka hidup bersama seorang warga Belanda.

Suatu ketika, musim kemarau yang panjang melanda daerah tersebut, membuat warga kesulitan mendapatkan air. Seorang pemburu lokal kemudian mengklaim bahwa dia menemukan mata air di Gunung Bulude. Warga Talawid bersama warga Belanda tersebut memutuskan untuk mencari mata air ini.

Perjalanan mereka sangat sulit, dengan medan yang terjal dan berbahaya, terkadang menurun dan naik, di samping jurang dan tebing yang dalam. Karena perjalanan yang begitu sulit ini, seorang Belanda berbicara, “Tala-Awi” yang secara harfiah berarti “tidak bisa naik.”

Beberapa warga kemudian memutuskan untuk pindah dan menetap di bawah gunung tersebut, sementara yang lainnya memilih tinggal di Gunung Bulude untuk mendekati mata air.

Di sana, mereka menemukan dataran yang indah dan memutuskan untuk tinggal. Warga di Bulude mendengar tentang pantai yang panjang dan lebar, yang kemudian mereka sebut “Mahuene” yang berarti “banyak pasir.”

Masyarakat ini membentuk komunitas kecil dengan aturan mereka sendiri, dan mereka menyebut diri mereka “Tala Awi” sebagai pengingat perjalanan mereka yang sulit.

Namun, seiring berjalannya waktu, karena luasnya pantai, mereka juga dikenal dengan nama “Mahuene” atau “banyak pasir.”

Namun, ada juga perubahan nama lain yang berkaitan dengan kondisi dan peristiwa penting di desa ini. Ketika penyakit demam berdarah menyebar di seluruh desa karena banyaknya nyamuk, mereka menyebutnya “Mateni” yang berarti “banyak nyamuk.”

Oleh karena itu, desa ini juga dikenal sebagai “Mahuneni” (Mateni) hingga saat ini. Harus dicatat bahwa “Tala Awi” yang menjadi “Talawid” dan “Mateni” yang menjadi “Mahuneni” merupakan pemahaman yang berakar pada masa lalu.

Sebagai persiapan menuju otonomi daerah dan pembentukan Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, pemerintah Sangihe memutuskan untuk memekarkan Kampung Talawid menjadi dua kampung terpisah, yaitu Kampung Talawid dan Kampung Mahuneni.

Kampung Talawid terletak di Ibu Kota Kecamatan, dengan luas wilayah sekitar 698,8 hektar. Wilayah ini memiliki batas sebagai berikut:

  • Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Kapeta
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sulawesi
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Mahuneni
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sitimsel

Kampung Talawid juga memiliki sejarah kepala desa yang memimpin komunitas dari masa ke masa. Para kepala desa yang telah memimpin Kampung Talawid termasuk Petrus Areros, Bapak Takasili, Karel Pandensolang, Daniels Dauhan, Samuel Kadeke (penjabat), N.W. Sikome, Zadrak Dauhan, Jacob Jacobus (penjabat), Flores Sambalao (1957-1964), Flores Sambalao (1964-1973), Flores Sambalao (1973-1980), Yunus Tampil (1980-1990), S.D. Karundeng (1990-1998), A.B. Tulentang (1998-2000), Jhon Ruung (2001-2002), S.S. Kenang (2002-2007), S.S. Kenang (2007-2008), G. Meleo (penjabat, 2009-2010), S.D. Sambalao (2010-2016), Pelma Piter (penjabat, 2016-2017), dan S.D. Sambalao (2017-2023).

Saat ini, Pelma Piter menjabat sebagai Penjabat Kapitalau (Kepala Desa) di Kampung Talawid. Dia telah menjabat dua kali dan memiliki visi dan misi untuk membangun dan memajukan kampung ini serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

“Saya Pelma Piter sudah kedua kalinya menjabat Kapitalau di Kampung Talawid dan visi misi saya saat ini adalah untuk membangun kampung Talawid, memajukannya, dan mensejahterakan masyarakatnya,” ungkap Pelma Piter. (ighel)

Yuk! baca berita menarik lainnya dari SULUT AKTUAL di GOOGLE NEWS dan Saluran WHATSAPP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.