MINUT — Franco Pangerapan (28) warga Desa Kauditan 1, Kecamatan Kauditan, Minahasa Utara (Minut) salah satu masyarakat Indonesia yang nyaris kehilangan nyawa di Kamboja.
Berawal dari sulitnya mendapat pekerjaan di Minut, hingga tergiur mendapatakan gaji 800 dolas AS perbulan, Franco sempat menghubungi temannya yang saat ini sudah bekerja di luar negeri dan mendapat nomor telegram salah satu admin yang merekrut pekerja asal Indonesia dengan memakai nama Cina untuk bekerja di Thailand.
Setelah melengkapi berkas yang diminta, akhirnya 26 April 2023 Franco bersama 11 teman lainnya dari Sulut diberangkatkan ke Jakarta. Tiba di Jakarta, tinggal di Apartemen untuk menunggu pengurusan parport dengan semua biaya ditanggung perusahaan.
Tiba waktu berangkat Minggu (30/4/2023) Franco dan 11 teman lainnya disuru hapus semua chating perekrutan lalu diberangkatkan dari Jakarta lewat jalur khusus, jalur VIP, tanpa ada pemeriksaan, hanya menempelkan pasport seperti para pejabat yang didampingi seseorang yang mengaku bernama Diki.
“Sampai di bandara, kami melakukan check in tanpa antrian dan langsung masuk auto gate, hanya menempelkan pasport. Kami berpikir masih ada wawancara dari Imigrasi tetapi tidak ada,” ujar Franco.
Tiba di Thailand, Franco sempat bertanya kepada Diki, dimana tempat mereka bekerja. Jawab Diki, diperbatasan Kamboja. Sampai di perbatasan Kamboja, Pasport dan KTP 12 warga Sulut ini dikumpul dan diberitahu bahwa akan melakukan pengurusan visa kerja.
Saat melewati perbatasan, Diki sudah tidak kelihatan saat kami sudah berada di Negara Kamboja. Dari perbatasan, kami langsung diantar dengan mobil ke apartemen tempat kerja skaligus mess karyawan.
Karena sudah malam, kami hanya melakukan penanda tanganan kontrak kerja setelah itu istirahat. “Dari kontrak yang diberikan, disitu saya sangat kecewa karena tidak sesuai dengan pembicaraan awal. Pertama kerja di Thailand, ternyata di Kamboja. Semua pengurusan pasport, tiket pesawat bahkan biaya selama di Jakarta ternyata ditanggung sendiri dan dipotong setiap bulan 200 dolar AS. Bahkan setiap kesalahan, didenda. Tetapi karena sudah terjebak jadi saya tanda tangan,” ujarnya.
Parahnya, saat akan bekerja, ternyata bukan sebagai costumer servis di perusahaan e-commers, tetapi sebagai aktor penipu jualan online hingga seperti investasi bodong (scammer). “Aksi kerja kami, dalam 1 tim ada 5 orang. Setiap hari ditargetkan harus mendapat Rp35 juta. Target korban penipuan kami orang Indonesia, bahkan orang Sulut banyak. Pekerjaan ini membuat saya tidak nyaman dan merasa berdosa. Apalagi menipu orang Indonesia khususnya Sulut,” curhat Franco.
Karena tidak tahan lagi, sekira dua minggu bekerja, pertengahan Bulan Mei 2023, Franco menghubungi Maria Taramen untuk membantu dirinya agar dipulangkan ke Minut. “Saya memohon pada kak Maria untuk membantu saya. Karena takut melarikan diri seperti ada yang melakukan hal itu dan dibunuh. Apalagi pasport dan KTP ditahan pihak perusahaan. Saya sangat bersyukur kak Maria mempercayai saya ketika saya mengirimkan semua data dan pekerjaan di sana. Walaupun saya sangat takut telah membocorkan pekerjaan disana. Karena jika ketahuan pasti saya bisa di bunuh,” kata Franco.
Akhirnya dua bulan dalam penantian, lewat Kak Maria dibantu Dir Intel Polda Sulut, Kasat Intel Polres Minut, oknum BIN, oknum BAIS, dan oknum Kopassus, Franco di jemput pihak kepolisian Kamboja dan Imigrasi untuk dibawah ke Kantor Polisi terdekat tetapi masih terus dikawal kepala security. Jadi selama di Kantor Polisi Franco masih terus berdusta bahwa dirinya dipanggil untuk pulang ke Indonesia karena orang tua yang melapor.
Parahnya, selama di Kantor Polisi Franco tidak diberi makan dan minum. Selama 2 hari di Kantor Polisi dekat aparteman tempatnya bekerja, Franco hanya memakan obat mag dan minum air ledeng berkaporit. Karena gaji Franco telah ditahan perusahaan. Ngerinya, saat di Kantor Polisi Franco menemui 3 orang Indonesia asal Aceh, yang satu tangan kanan sudah putus dan 2 lainnya muka dan badannya memar.
Beberapa hari kemudian, Franco di jemput Polisi Kamboja yang tugas di Kantor Polisi Phnom Penh. Dirinya diperlakukan baik dan diberi makan dan minum. Setelah sampai di Phnom Penh barulah Franco bercerita yang sebenarnya karena sudah mendapat sandi yang diberikan oknum Kopassus yang menuntunnya selama keluar dari tempat kerja.
Usai diperiksa Polisi Kamboja, Franco dibawah ke Imigrasi. Saat di Imigrasi, ada sekira 41 warga Indonesia yang belum dipulangkan, bahkan ada yang sudah 10 bulan berada di Imigrasi. Karena takut, semua keadaan disekeliling terus dilaporkan dan dikirim data serta semua video ke oknum Kopassus. Sehigga semua warga Indonesia dibantu dipulangkan ke Indonesia secara bertahap.
Selama 39 hari di Imigrasi, Franco akhirnya dipulangkan bersama 10 orang Indonesia lainnya. Dengan berusaha membeli tiket mandiri, Franco dibantu salah satu orang Jakarta membelikannya tiket karena dirinya tidak memiliki uang sama sekali.
Akhir Agustus 2023, Franco berangkat dari Kamboja ke Jakarta. Karena belum memiliki uang yang cukup untuk pulang Minut, Franco bertahan 2 minggu di Jakarta sambil keluarga berusaha mencari uang. Akhirnya dibantu Maria Taramen, Kasat Intel Polres Minut dan Kopassus, tiket Jakarta – Manado Franco dapat dibeli.
Sehingga Sabtu (9/9/2023) Franco terbang dari Jakarta ke Manado dan bisa bertemu istri, anak, orang tua serta saudara di Minut.
Sementara itu, Maria Taramen saat dikonfirmasi membenarkan semua curhatan Franco saat bekerja di Kamboja hingga dilakukan penyelamatan pulang ke Minut.
“Franco merasa terancam dan sangat berdosa bekerja menipu orang. Apalagi ditipu orang Indonesia bahkan orang Sulut. Karena semua data dan foto video telah Franco kirim, saya percaya dan langsung bergerak meminta bantuan kepada Dir Intel Polda Sulut, Kasat Intel Polres Minut, BIN, BAIS dan Kopassus untuk membantu membawa Franco pulang ke Minut. Walaupun Franco ini saya tidak kenal sama sekali,” kata aktivis Sulut ini.
Lanjutnya, dirinya sangat bersyukur kepada Tuhan karena bisa membantu Franco dalam kesulitan bahkan ancaman di Kamboja. “Saya juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang membantu sehingga Franco bisa bertemu kembali dengan keluarga tercinta lebih khusus telah keluar dari pekerjaan menipu orang Indonesia,” kunci Maria.(Ria)