Oleh
Ns Frenly Muntu-untu SKep
Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
MANADO-Penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian terbesar di dunia saat ini. Mencapai 31 persen kematian.
Khusus tahun 2015, WHO Media Centre merilis sekira 17,7 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler. Diperkirakan 7,4 juta disebabkan karena penyakit jantung koroner, sedangkan 6,7 juta karena stroke.
American Hearts Association (AHA) yang melakukan survey tahun 2015 menyatakan, kurang lebih 787 ribu orang di Amerika meninggal karena penyakit jantung.
Sementara itu, dari Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2018, diketahui bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah menempati urutan tertinggi penyebab kematian di Indonesia yaitu sebesar 26,4 persen.
Adanya peningkatan jumlah kasus pasien Sindrom Koroner Akut (SKA), di satu sisi diimbangi juga peningkatan teknologi di bidang kedokteran kardiovaskuler.
Terbukti dengan semakin banyak didirikannya pusat-pusat jantung di daerah atau dikenal Pusat Jantung Terpadu. Dilengkapi dengan fasilitas teknologi intervensi jantung terbaru. Salah satunya adalah alat kateterisasi jantung.
Tindakan kateterisasi jantung mengatasi kegawatan kardiovaskuler. Juga sangat efektif menurunkan angka kematian Akut Miokard Infark yang sangat mematikan, serta memegang peran penting dalam peningkatan angka kematian penyakit jantung.
Tindakan kateterisasi jantung memiliki angka komplikasi dan restenosis yang rendah. Prosedur Kateterisasi Jantung memerlukan waktu berkisar antara 1 jam sampai 3 jam lama tindakan.
Dihitung sejak pasien tidur di meja tindakan kateterisasi jantung.
Tindakan Kateterisasi Jantung yaitu menyisipkan kateter sampai aorta dan ventrikel kiri. Dengan cara menusuk arteri radialis pada lengan kiri atau pada arteri femoralis di bagian paha.
Saat ini, teknik yang sering digunakan oleh dokter-dokter intervensi jantung untuk tindakan kateterisasi jantung, pada umumnya menggunakan akses arteri radial. Karena lebih aman dengan komplikasi stenosis arteri pasca tindakan.
Teknik ini memudahkan pasien untuk mobilisasi post Kateterisasi Jantung, dibandingkan dengan penggunaan akses femoralis arteri. Mengurangi juga paparan radiasi yang diterima oleh petugas pada saat tindakan.
Dalam kajian keperawatan melalui wawancara terhadap pasien, didapati kekurangan dari posisi ini. Sebanyak 50 pasien post kateterisasi jantung periode Bulan Februari 2020 dari total 73 tindakan Cathlab, 43 pasien (86%) menyatakan tidak nyaman. Sedangkan 7 pasien (14%) merasa nyaman.
Kenyamanan pasien dikarenakan pada posisi ini lengan pasien diletakkan pada sebuah penyanggah tangan yang terbuat dari fiber berbentuk oval. Masalah ini mempengaruhi rasa nyaman pasien dan akan menimbulkan gangguan peningkatan tingkat stres pasien selama tindakan.
Dalam penelitian oleh Allkaid dan Alkikayat (Depression and Anxiety Symptoms Incardiac Patients, 2019) jurnal keperawatan yang dipublikasikan oleh BMC Public Health, menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan rasa nyaman pasien pada saat prosedur tindakan medis adalah posisi tubuh pasien yang nyaman.
Sehingga akan mempengaruhi tekanan darah dan nadi pasien meningkat. Masalah ini dapat mengganggu kelancaran tindakan, sebab operator akan kesulitan melakukan manuver-manuver kateter dan wire pada saat intervensi dilakukan. Hal lain yang dapat terjadi adalah spasme pembuluh darah arteri radial yang akan membuat kateter tidak dapat bergerak.
Mengacu dari masalah-masalah di atas, maka saya merancang sebuah inovasi penyanggah tangan pasien di ruangan kateterisasi. Supaya akan membuat pasien merasa nyaman dan tidak mengalami kejang otot selama tindakan dilakukan.
Juga mengurangi tingkat stres pasien selama tindakan sehingga tidak terjadi komplikasi-komplikasi yang akan menghambat tindakan kateterisasi.
Solusi yang dibuat adalah penambahan bantalan tangan yang terbuat dari bahan lunak berupa busa atau kantong air. Kemudian disesuaikan dengan bentuk anatomis lengan pasien.
Pembuatan ini akan bekerja sama dengan perawat fisioterapis protesa RSUP Prof Kandou untuk memperhitungkan secara teliti dampak ergonomi terhadap pasien.
Penambahan bantalan ini tetap menggunakan penyanggah tangan yang sudah ada dan merupakan komponen unit alat Cathlab. Tidak membuat penyanggah tangan yang baru, tetapi hanya membuat tambahan aksesoris yang dapat dilepas jika tidak digunakan.
Bahan yang digunakan adalah bahan mudah didapat di pasaran dan toko online, berdasarkan analisa dari perawat fisioterapis protesa. Hal ini akan menjadi terobosan dalam dunia inovasi keperawatan.
Khususnya perawat scrub kateterisasi jantung untuk menjadikan tindakan Invasif Non Bedah Kateterisasi Jantung sebagai tindakan yang aman dan nyaman. Baik untuk pasien dan petugas pada penanganan pasien SKA di semua ruangan Cathlab, khususnya yang ada di Manado dan Indonesia.pada umumnya.
(***)