Oleh: Ns Frenly Muntu-untu SKep
Pembimbing: Ns Fitri Arofiati MKep PhD
PENERAPAN Teori Caring yang dikembangkan oleh Kristen M Swanson (1991) dinilai cocok dilakukan para perawat di Sulawesi Utara.
Dalam teorinya, Swanson menekankan asuhan keperawatan yang bernilai kepada klien. Yaitu menghargai martabat klien tersebut dengan penuh rasa komitmen dan tanggung jawab yang tinggi.
Caring didefinisikan sebagai “a nurturing way of relating to a valued other toward whom one feels a personal sense of commitment and responsibility”.
Swanson mampu memahami ruang lingkup caring secara keseluruhan. Dan pada saat yang sama menguraikan dimensi spesifik dari apa yang diperlukan seorang perawat untuk merawat klien.
Kontribusi penting Teori Caring Swanson bagi keperawatan yaitu prinsip bahwa klien seharusnya tidak hanya dilihat sebagai individu yang terpisah melainkan sebagai manusia seutuhnya.
“Berada di tengah-tengah dan yang menjadi keutuhan dibuat nyata dalam pikiran, perasaan, dan perilaku (Swanson, 1993)”.
Hal menarik lain tentang pengertian klien ini adalah bahwa Swanson selalu menempatkan peran perawat dalam proses becoming tersebut.
Jadi dalam aspek kesehatan becoming tersebut, perawat tidak hanya menjadi dispenser pengobatan medis, tetapi juga merupakan mitra dalam membantu pasien lebih dekat dengan tujuannya (well-being).
Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan.
Teori Caring Swanson menjelaskan tentang proses caring yang terdiri dari sejumlah elemen.
Di antaranya, bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi kehidupan, serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya.
Menurut Swanson, Caring adalah proses multifaset yang terus ada dalam dinamika hubungan pasien-perawat.
Ada yang melihat proses ini sebagai hubungan linear. Namun juga harus dianggap sebagai hubungan siklik, dan proses yang terjadi harus selalu diperbarui karena peran perawat untuk membantu klien mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
Secara umum, proses yang terjadi berupa perawat membantu klien mempertahankan keyakinannya. Itu berarti, perawat mendorong pasien dan membantu untuk memperkuat harapan mereka mengatasi kesulitan saat ini.
Hal ini sangat penting terutama dalam kasus di mana pasien menghadapi penyakit yang mengancam nyawa seperti kanker, atau peristiwa yang sangat traumatis seperti keguguran.
Sebagai pelengkap dan langkah berikutnya dalam proses untuk mempertahankan keyakinan, adalah “knowing”.
Dalam proses “knowing”, perawat berusaha untuk memahami apa arti situasi yang terjadi saat ini bagi pasien.
Hal ini muncul dalam bentuk latihan sebagai seorang perawat, yang menciptakan seseorang dengan rasa tertentu bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi seseorang secara keseluruhan.
Dengan mengetahui apa yang dialami pasien, perawat kemudian dapat melanjutkan proses “do for”, ada untuk memberikan tindakan terapi dan intervensi bagi pasien. Proses “do for”, diikuti dengan proses “enabling” yang memungkinkan pasien untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraannya.
Menurut Swanson ada lima dimensi yang mendasari konsep Caring.
Pertama, Maintaining Belief. Yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, meyakini kemampuan orang lain, menumbuhkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam situasi apa pun.
Tujuannya adalah untuk memungkinkan orang lain terbantu dalam batas-batas kehidupannya sehingga mampu menemukan makna dan mempertahankan sikap yang penuh harapan. Memelihara dan mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam praktek keperawatan.
Subdimensi:
1) Believing in
Perawat menanggapi apa yang klien rasakan dan percaya bahwa perasaan – perasaan tersebut bisa terjadi dan wajar terjadi pada siapapun yang sedang dalam masa transisi.
2) Offering a hope-filled attitude
Menunjukkan perilaku bahwa perawat sepenuhnya peduli/care terhadap masalah yang dialami dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi bicara perawat.
3) Maintaining realistic optimis
Menjaga dan menunjukan optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang menimpa klien secara realistis dan berusaha mempengaruhi agar klien mempunyai optimisme dan harapan yang sama.
4) Helping to find meaning
Membantu klien menemukan makna akan masalah yang terjadi sehingga klien perlahan – lahan menerima bahwa setiap orang dapat mengalami apa yang dialami klien.
5) Going the distance (menjaga jarak)
Semakin jauh menjalin/menyelani hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien yang tujuan akhir dalam tahap ini adalah kepercayaan klien sepenuhnya terhadap perawat dan responsibility serta caring secara total oleh perawat kepada klien.
Kedua adalah Knowing. Maksudnya yaitu berjuang untuk memahami peristiwa yang memiliki makna dalam kehidupan klien. Mempertahankan kepercayaan adalah dasar dari caring keperawatan, knowing adalah memahami pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui kebutuhan klien, menggali/menyelani informasi klien secara detail, sensitive terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus kepada satu tujuan keperawatan, serta melibatkan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Knowing adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan.
Subdimensi:
1) Avoiding assumptions
Menghindari asumsi-asumsi
2) Assessing thoroughly
Melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio psikososial spitual dan kultural
3) Seeking clues
Perawat menggali informasi – informasi secara mendalam
4) Centering on the one cared for
Perawat berfokus pada klien dalam melakukan asuhan keperawatan
5) Engaging the self of both
Melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif
Ketiga adalah Being With. Maksudnya tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga komunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan secara emosional bersama – sama klien dengan maksud menawarkan kepada klien dukungan, kenyamanan, pemantauan dan mengurangi intensitas perasaan yang tidak diinginkan.
Subdimensi:
1) Non-burdening
Perawat bekerjasama dengan klien tanpa memaksa kehendak kepada klien dalam melakukan tindakan keperawatan
2) Convering availability
Menunjukan kesediaan perawat dalam membantu klien dan memfasilitasi klien untuk mencapai tahap kesejahteraan / well being.
3) Enduring with
Bersama-sama berkomitmen dengan klien berusaha dalam meningkatkan kesehatan klien
4) Sharing feelings
Berbagi pengalaman bersama klien yang berkaitan dengan usaha peningkatan kesehatan klien.
Keempat adalah Doing For. Berarti bersama-sama melakukan sesuatu tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan, kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien.
Subdimensi:
1) Comforting ( memberikan kenyamanan)
Dalam melakukan tindakan keperawatan dilakukan dengan memberikan kenyamanan pada klien dan menjaga privasi klien.
2) Performing competently ( menunjukkan ketrampilan)
Tidak hanya berkomunikasi dan memberikan kenyaman dalam tindakannya, perawat juga menunjukkan kompetensi atau skill sebagai perawat professional
3) Preserving dignity (menjaga martabat klien)
Menjaga martabat klien sebagai individu atau memanusiakan manusia.
4) Anticipating ( mengatisipasi )
Perawat dalam melakukan tindakan selalu meminta persetujuan klien dan keluarga
5) Protecting (melindungi)
Melindungi hak-hak pasien dalam memberikan asuhan keperawatan dan tindakan medis
Kelima yaitu Enablings. Artinya memampukan atau memberdayakan klien, memfasilitasi klien untuk melewati masa transisi dalam hidupnya dan melewati setiap peristiwa dalam hidupnya yang belum pernah dialami dengan memberi informasi, menjelaskan, mendukung dengan focus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternative pemecahan masalah sehingga meningkatkan penyembuhan klien atau klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dia lakukan dengan cara memberikan dukungan, memvalidasi perasaan dan memberikan umpan balik / feedback.
Subdimensi:
1) Validating (memvalidasi)
Memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
2) Informing( memberikan informasi)
Memberikan informasi yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.
3) Supporting (mendukung)
Memberikan dukungan kepada klien dalam mencapaikesejahteraan / well being sesuai kapasitas sebagai perawat
4) Feedback (memberikan umpan balik)
Memberikan umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien dalam usahanya mencapai kesembuhan / well being
5) Helping patients to focus generate alternatives (membantu pasien untuk focus dan membuat alternative)
Menolong pasien untuk selalu fokus dan terlibat dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan keperawatan maupun tindakan medis.
Teori Caring Swanson ini pun dinilai tepat diaplikasikan di Sulawesi Utara. Terlebih kehidupan sosial budaya penduduk daerah ini yang sangat mengedepankan sikap saling menghormati martabat orang lain.
Diwujudkan melalui falsafah Si Tou Timou Tumou Tou yaitu manusia hidup untuk memanusiakan orang lain.
Tak dipungkiri juga, kehidupan masyarakat Sulawesi Utara banyak dipengaruhi juga oleh masuknya misionaris-misionaris gereja Eropa di masa lampau. Sehingga memberi pengaruh juga dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat.
Termasuk juga dalam mempengaruhi perkembangan dunia keperawatan di Sulawesi Utara. Terbukti ada banyak gereja-gereja di Sulawesi Utara yang begitu concern melakukan pelayanan di bidang kesehatan dan keperawatan.
(***)
Post Views: 2,001
Yuk! baca berita menarik lainnya dari SULUT AKTUAL di
GOOGLE NEWS