MANADO – Hingga hari ke-39 (1 Agustus-18 September) Kampanye Imunisasi Measles Rubella (MR) telah menyasar 431.621 anak usia 9 bulan – 15 tahun di Sulawesi Utara.
Hingga deadline pada 30 September 2018 nanti, masih 158.832 anak yang akan diimunisasi sesuai sasaran total Pusdatin yaitu 591.775 anak.
Kepala Dinas Kesehatan Sulut dr Debie Kalalo MSc PH berharap, para orang tua dapat mendukung kampanye imunisasi ini sehingga Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit Campak dan Rubella tidak terjadi. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.
“Pemberian Imunisasi MR menjadi bagian visi Pemerintah RI menciptakan generasi bangsa yang sehat, walau sering menemui jalan terjal dalam memperjuangkan kesehatan anak-anak,” kata Kalalo, didampingi Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Steaven Dandel MPH, dan Kasie Surveilans dan Imunisasi Mery Pasorong SKM MKes.
Lanjut Kalalo, data Kementerian Kesehatan RI tahun 2017 menyebutkan kegiatan surveilans setiap tahunnya dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspect campak.
Hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan, 12-39% atau 1.320-4.290 kasus di antaranya adalah campak pasti atau positif campak. Sedangkan 16-43% atau 1.760-4.730 kasus adalah rubella pasti atau positif rubella.
Di Indonesia, rubella merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif.
Data surveilans selama 5 tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia di bawah 15 tahun.
Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit Congenital Rubella Syndome (CRS) atau cacat bawaan di Indonesia pada tahun 2013, diperkirakan terdapat 2.767 kasus CRS.
Dan 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun, dan menurun menjadi 47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun.
Sedangkan di Provinsi Sulawesi Utara, tahun 2017 jumlah campak klinis 65 kasus. Dan 32 kasus di antaranya positif rubella serta 9 kasus positif campak.
“Itu sesuai hasil pemeriksaan di Balai Laboratorium Kesehatan Surabaya sebagai laboratorium yang resmi ditunjuk Kemenkes RI,” ujarnya, sembari menekankan, virus campak dan virus rubella ada di Sulawesi Utara.
Untuk memutus penularan virus campak dan virus rubella, sebut Kalalo, adalah melalui pemberian Imunisasi Campak dan Rubella kepada anak-anak. Sehingga terbentuk kekebalan dalam tubuh anak terhadap kedua virus penyakit tersebut.
Cakupan Imunisasi Campak Rubella harus di atas 95% agar terbentuk kekebalan kelompok atau populasi.
Jika kekebalan kelompok atau herd immunity terbentuk melalui cakupan imunisasi yang tinggi (minimal 95%), jika ada virus campak dan rubella menulari kelompok tersebut secara alami tidak ada tempat hidup lagi. Sebab tidak ada inang bagi virus tersebut, dan lambat laun virus dengan sendirinya akan mati dan lenyap.
Karena itu, manfaat imunisasi sangat penting untuk memutus rantai penularan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Seperti penyakit cacar yang sudah berhasil di-eradikasi (tidak ada lagi) di muka bumi, berkat pemberian Imunisasi Cacar. Dampak positifnya, mulai tahun 1980-an tidak ada lagi pemberian Imunisasi Cacar di dunia.
Demikian tujuan pemberian Imunisasi Campak dan Rubella, akan tiba masanya untuk di-eradikasi dari muka bumi. Namun saat ini sesuai komitmen global, masih pada tahap Eliminasi Campak dan Rubella yang ditargetkan tahun 2020.
Perjuangan kita sekarang dengan Imunisasi Massal Campak dan Rubella kepada anak-anak dengan sasaran 9 Bulan sampai dengan 15 tahun, merupakan awal tombak sejarah di Indonesia untuk mencapai tujuan secara global.
Negara-negara lain di dunia sudah belasan bahkan puluhan tahun mengimunisasi anak-anak di negaranya dengan Imunisasi Campak dan Rubella.
Indonesia baru dimulai tahun 2017 yaitu di 6 Provinsi di Pulau Jawa (Jateng, Jabar, Jatim, DKI Jakarta, DIY, dan Banten). Dan tahun 2018 ini di laksanakan di 28 provinsi termasuk Sulawesi Utara.
(Harry)