MANADO – Ketua Harian KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Sulawesi Utara Kolonel Inf Theo Kawatu SIP sangat bangga terhadap para atlet Sulut. Karena mampu merebut medali emas dan perunggu di iven akbar Asian Games 2018.
Menurut Kepala Staf Korem 131/Santiago ini, terakhir petinju Adrianus Taroreh yang merebut medali perak Asian Games di Seoul, Korea Selatan. “Bahkan seharusnya Adrianus merebut medali emas. Tapi kalah secara kontroversial dari petinju tuan rumah,” ujar mantan atlet Sulut dan nasional tersebut, yang pernah tampil pada Kejuaraan Dunia Atletik Junior di Seoul-Korea Selatan, PON, dan Sea Games Singapura.
Diharapkan Kawatu, hasil yang ditorehkan pesilat dan bridge di Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang, bakal memotivasi para atlet Sulut untuk berprestasi di semua cabang olahraga. Apalagi, Pra Kualifikasi PON 2019 sudah di depan mata menuju PON 2020.
“Militansi para atlet harus tetap terjaga dan jangan pudar. Baik itu saat membela Indonesia di iven Asian Games dan iven internasional lain, maupun ketika membela Bumi Nyiur Melambai di kejuaraan bersifat nasional,” tandas Komandan Pelatda PON Sulut 2004 di Palembang, PON Sulut 2008 di Kaltim, dan PON 2012 Pekan Baru-Riau ini.
Dirinya mencontohkan, para pemain bridge Sulut saat ikut kejuaraan internasional selalu mendapat predikat juara. “Tapi jika bertanding di tingkat nasional mewakili Sulut, kadang kala hasilnya kurang maksimal,” pungkas Kawatu, usai menjemput para atlet Sulut yang baru berjuang di Asian Games 2018, di ruang VVIP Bandara Sam Ratulangi Manado, Selasa (4/9/2018).
Di antaranya, pesilat Abdul Malik yang meraih medali emas, Henky Lasut-Eddy Manoppo peraih medali perunggu Cabor Bridge nomor pasangan putra, serta Bill Mondigir-Elvita Lasut peraih medali perunggu Cabor Bridge nomor beregu campuran.
(Harry)