MANADO-Didaulat menjadi Kepala Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM Kesehatan (Kapusrengun) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr Maxi Rein Rondonuwu DHSM MARS ternyata punya tugas berat. Karena harus memastikan kesuksesan Program Nasional sesuai Nawacita Presiden Joko Widodo.
Di dalamnya yaitu program Nusantara Sehat, Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS), Dokter Internship, serta pemenuhan Tenaga Kesehatan ke Luar Negeri.
Usai serah terima jabatan pada Jumat (3/8/2018) di Jakarta, Dokter Maxi pun harus segera menyingsingkan lengan baju. Guna menuntaskan tanggung jawabnya pada 34 provinsi di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri.
Dijelaskan Rondonuwu, keempat program nasional sudah diamanatkan Presiden Jokowi melalui Menteri Kesehatan Nila Moeloek.
Untuk program Nusantara Sehat, kata Rondonuwu, merupakan upaya penguatan pelayanan kesehatan primer di DTPK (Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan Terluar) dan DBK (Daerah Bermasalah Kesehatan).
“Program ini merekrut berbagai jenis tenaga kesehatan terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan kefarmasian untuk ditugaskan di DTPK dan DBK. Sehingga bisa meningkatkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat di setiap kabupaten/kota,” kata sosok ramah yang hobi berkebun ini.
Terkait WKDS, terang alumni Fakultas Kedokteran Unsrat Angkatan 1983 ini, merupakan upaya pemenuhan dan pemerataan tenaga spesial terutama di DTPK dan daerah dengan kapasitas fiskal rendah.
“Kapusrengun harus mengoptimalkan pelaksanaan WKDS sebagai wujud kehadiran negara memenuhi dan memeratakan pelayanan medik spesialistik bermutu serta terdistribusi merata di seluruh Indonesia,” tutur Rondonuwu.
Sementara itu, program intership adalah proses pemantapan mutu profesi dokter. Disebutkan mantan Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Utara ini, program internship memberikan kesempatan kepada dokter baru lulus. Supaya dapat menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan guna diselaraskan dengan praktik di lapangan.
“Program ini membantu pemerataan tenaga dokter di tingkat kabupaten yaitu di Rumah Sakit tipe C dan D dengan kisaran jumlah antara 5-20 orang. Sedangkan tingkat kecamatan yaitu sekira 5 orang di Puskesmas,” sebut Rondonuwu yang pernah sukses meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Tak hanya bergelut dengan perencanaan dan pendayagunaan SDM Kesehatan di seluruh provinsi di Indonesia, dokter yang sukses membuat sejarah dengan terakreditasinya RSUP Prof Kandou pertama kali di Joint Commission International (JCI), harus memenuhi tenaga kesehatan sesuai permintaan dari luar negeri.
“Saat ini permintaan tenaga kesehatan terbanyak yaitu dari negara Qatar dan Jepang,” ungkap Rondonuwu yang oleh sejumlah kalangan diibaratkan sedang menjalani masa kebintangannya ini.
(Harry)