TAHUNA -Bupati Sangihe periode 2012-2017 Drs Hironimus Makagansa pekan lalu sempat mendatangi Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Tahuna. Kedatangan mantan orang nomor saru di Sangihe ini diduga terkait dengan raibnya dana Corporat Social Responsibility (CSR) tahun anggaran 2015 senilai Rp 400 juta.
Menurut informasi yang diterima menyebutkan, dana tersebut sudah dinyatakan keluar dari kas daerah melalui Bank Sulut namun sampai saat ini dana dimaksud tidak pernah diterima oleh masyarakat penerimanya.
Dari hasil konfirmasi dengan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Tahuna Muhammad Irwan Datuinding melalui Kasi Pidsus Leo Dian Putra membenarkan pihaknya sementara menyelidiki aliran dana tersebut dan telah memeriksa mantan Bupati HR Makagansa selama 3 Jam. Seluruh data dan hasil klarifikasi atas kasus tersebut sudah dikantongi dan pihak kejaksaan masih memberikan peluang bagi kepala Dinas PPKAD untuk berkordinasi dengan mantan Bupati supaya dapat berusaha mengembalikan dana CSR ini supaya dapat dinikmati oleh masyarakat sangihe pada umumnya.
“Memang dana tersebut sudah cair tetapi tak tahu dipergunakan untuk apa, sekarang masih ada itikad baik dari Kadis PPKAD untuk mengembalikannya. Walaupun ada keterangan dari mantan kadis PPKAD dana ini diserahkan ke pimpinan daerah yang lalu, akan tetapi tak bisa dipercaya begitu saja, dan kami perlu bukti atas semua itu dan mengenai sudah dipanggilnya mantan bupati itu benar adanya, tetapi hanya memberikan klarifikasi, dan yang bersangkutan tak mengakui telah menikmatinya,” pungkas Jaksa yang dikenal dekat dengan insan pers ini.
Menyikapi kinerja Kejari Tahuna ini, masyarakat Sangihe sangat mengapresiasi ketegasan pihak Kejari Tahuna dalam merespon setiap kasus korupsi di Sangihe dengan menetapkan beberapa tersangka yang sekarang sudah menjalani hukuman pidana.
“Jika memang dana tersebut dinikmati oleh mantan bupati, pihak kejaksaan harus serius menindaklanjutinya sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Jangan pernah pilih kasih dalam menetapkan tersangka, sebab diketahui bersama dana tersebut tak jelas keberadaannya sampai sekarang,” ujar Robison Saul salah satu masyarakat Sangihe.
(sam)