
MANADO-Kematian karena penyakit demam berdarah telah menjadi ancaman serius.
Data Dinas Kesehatan Sulawesi Utara, pada tahun 2018 dari 1.713 kasus dilaporkan ada 24 pasien meninggal.
Sedangkan pada tahun 2019 hingga 6 Januari, sudah 3 pasien meninggal dari 67 kasus yang ditangani.
Dikatakan Wakil Ketua IDI Sulawesi Utara dr Sonny Pasuhuk MKes, para dokter mensinyalir virus dengue (virus demam berdarah) telah menjadi semakin ganas oleh karena proses mutasi.
Sedangkan vektor atau perantara dalam hal ini nyamuk aedes aegepty jadi makin kebal terhadap insektisida. Dan itu karena proses resistensi akibat pengasapan atau fogging secara sembarangan.
Dia mengatakan, korban DBD bukan hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. “Belum ada obat untuk membunuh virus demam berdarah sampai saat ini,” tuturnya.
Penanganan bila terkena hanyalah menjaga jangan sampai korban mengalami syok atau perdarahan, sampai demam dengue itu berlalu dengan sendirinya.
“Pengasapan atau fogging bukan solusi permanen. Justru dikhawatirkan akan mengakibatkan vektor (nyamuk) jadi lebih kebal terhadap insektisida di saat mendatang,” imbuh Pasuhuk.
Penanganan terbaik adalah dengan memberantas jentik nyamuk berkembang biak.
“Bila di sekitar kita tidak ada sampah plastik radius 300 meter, kemungkinan tertular demam berdarah jadi lebih kecil 70 persen,” sebutnya.
DINKES SULUT AJAK BERANTAS SARANG NYAMUK
