Instalasi Bedah Sentral RSUP Kandou Hadirkan Layanan Cath Lab

oleh -388 Dilihat
Dirut RSUP Prof Dr R.D Kandou dr Maxi Rondonuwu DHSM MARS (ketiga kanan) bersama tim medis Instalasi Bedah Sentral.

MANADO—Inovasi tiada henti dilakukan Direktur Utama RSUP Prof Dr R.D Kandou dr Maxi Rondonuwu DHSM MARS bersama jajarannya. Terkini, dengan penambahan cath lab di Instalasi Bedah Sentral (IBS).

Dijelaskan dr Djony Tjandra SpB(K)V, penambahan satu unit cath lab di IBS, membuat layanan di RS ini semakin paripurna. Dan menjadi salah satu dari enam layanan unggulan di RS ini yang merupakan pusat rujukan di Indonesia bagiam timur.

Cath lab, katanya, mengedepankan tindakan minor invasif dan tidak ada bekas sayatan (pembedahan terbuka).

Dengan alat ini, kasus-kasus endovaskuler seperti penanganan akses vaskuler pada pasien cuci darah, dapat ditangani secara komprehensif atau menyeluruh.

“Pemasangan kateter double lumen idealnya dikerjakan di cath lab. Supaya dapat ditentukan ujung dari kateter double lumen itu, sehingga bisa dilakukan tindakan hemodialisa (cuci darah) yang lebih optimal,” sebutnya.

Di samping itu, tindakan di cath lab dapat dikerjakan guna mempercepat maturitas dari suatu arteriovenous (AV) fistula atau cimino. Cara ini adalah tindakan minimal invasif untuk mematangkan atau mempertahankan akses hemodialisis atau cuci darah.

Salah satu proses pengerjaan tindakan minimal invasif di Cath Lab Instalasi Bedah Sentral dipimpin dr Djony Tjandra SpB(K)V (kedua kanan)
Salah satu proses pengerjaan tindakan minimal invasif di Cath Lab Instalasi Bedah Sentral dipimpin dr Djony Tjandra SpB(K)V (kedua kanan)

Lanjutnya, tindakan minimal invasif berupa venografi dan venoplasti bisa dikerjakan di cath lab ini. Tentunya jika ada stenosis atau penyempitan di akses pembuluh darah di cimino pada pembuluh darah pasien bersangkutan.

“Kita bisa memasang balon supaya dapat mempertahankan kesinambungan jangka panjang akses vaskuler cimino. Dan waktu pemakaian cimino bisa lebih panjang,” tandasnya.

Tindakan pada kasus lain, seperti adanya deep vein thrombosis atau sumbatan pembuluh darah balik pada pembuluh darah balik di bagian dalam, juga dapat dikerjakan.

“Pemasangan vena cava filter dimaksudkan mencegah emboli paru yang bisa mengancam pasien. Terutama pada kasus-kasus tumor di kandungan atau di alat genitalia bagian dalam. Jika ada sumbatan bisa berisiko emboli paru,” terang Tjandra.

Kasus-kasus varises (pelebaran pembuluh darah di tungkai bawah) bisa juga dikerjakan tindakan radio frekuensi ablatio. Berupa tindakan minimal invasif dengan melakukan ablatio tanpa ada sayatan terbuka.

Ada juga tindakan untuk mengatasi varises di bagian dalam alat genitalia perempuan, yang mudah terjadi perdarahan pada persalinan biasa.

Begitu pula kasus kaki diabetes yang cukup tinggi angka kejadiannya di Sulut. Perlu anda ketahui, kasus kaki diabetes selain bermasalah secara infeksi, persarafan yang terganggu karena pasien tidak lagi merasa nyeri. Adanya gangguan vaskularisasi atau iskemik, yaitu aliran darah tidak sampai ke ujung-ujung tungkai kaki bagian bawah, membuat luka menjadi lama sembuh.

Komplikasi lain, daerah tersebut kekurangan suplai darah, oksigenasi, dan nutrisi. Berakibat proses penyembuhan jadi terganggu. Sehingga risiko kaki diabetes terancam diamputasi.

 “Cath lab bisa menunjang tindakan angiografi dan angioplasti. Di mana kita menambah aliran darah ke kaki diabetes menggunakan baloon atau stent-stent seperti yang sudah kita kenal pada operasi jantung,” tutur Tjandra.

Selanjutnya, kasus-kasus tumor di ginjal maupun rahim yang berisiko terjadi perdarahan. Dengan cara dilakukan penutupan aliran darah ke daerah tumor, dikenal dengan tindakan embolisasi. Disumbat pembuluh darah di daerah sasaran, dan operator yang akan melakukan tindakan operasi terhadap tumor tersebut dapat mengontrol perdarahan.

Selain itu, kasus-kasus pembedahan terbuka seperti aneurisma aorta (pelebaran pembuluh besar nadi) yang dulunya dikerjakan secara operasi terbuka, di mana risiko mortalitas dan morbiditas, serta durasi perawatan yang lama, saat ini bisa dilakukan secara minimal invasif. Yaitu dengan tindakan EVAR (Endovaskuler Aneurysm Repair). Berupa pemasangan ring di pembuluh darah aorta, di pembuluh besar keluar di jantung.

Direktur SDM dan Pendidikan Dr dr Jimmy Panelewen SpB-KBD (duduk) memberikan arahan.
Direktur SDM dan Pendidikan Dr dr Jimmy Panelewen SpB-KBD (duduk) memberikan arahan.

Tjandra menekankan, minimal invasif bisa mengurangi risiko dari tindakan operasi besar. Begitu pula lama perawatan dan pembiayaan lebih ringan. “Walau penggunaan high tech berimbas cost akan besar, tapi efisiensinya lebih baik dengan melakukan minimal invasif,” ucapnya, sembari mengungkapkan, keuntungan dari cath lab di Instalasi Bedah Sentral, dapat dilakukan konversi di tempat dan waktu bersamaan jika terjadi masalah pada tindakan minimal invasif. Dan selalu diback-up oleh bagian anestesi.

Ditambahkan Tjandra, banyak kasus endovaskular bisa dikerjakan dengan berkembangnya teknologi saat ini. Ditunjang dengan kemampuan SDM dan fasilitas yang baik.

Di Indonesia, katanya, penanganan kasus–kasus endovaskular sudah berkembang pesat selang 10 tahun terakhir.

Disebutkan Tjandra, tindakan-tindakan di atas juga bisa dinikmati semua warga Indonesia. Karena tercover oleh program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola BPJS Kesehatan.

Saat ini juga, tenaga medis di cath lab IBS kualitasnya makin mumpuni karena ada tenaga medis seperti dr Richard Sumangkut SpB(K)V, dr Gilbert Tangkudung SpS(K), dan para perawat terbaik di RS ini.

Direktur SDM dan Pendidikan Dr dr Jimmy Panelewen SpB-KBD mengungkapkan, fasilitas cath lab di IBS ini adalah upaya RSUP Prof Dr R.D Kandou yang akan segera terakreditasi Joint Commission International (JCI). “Juga menjamin pelayanan terbaik bagi masyarakat Sulut dan sekitarnya,” imbuh Panelewen.

(Harry)

No More Posts Available.

No more pages to load.